Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

STRATEGI MENGHADAPI MEA



STRATEGI MENGHADAPI MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN)

Oleh : Moch. Mustakim ( 1421404641 )





PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


BAB I
STRATEGI MENGHADAPI MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN)
A.Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan hal yang sangat penting dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan perekonomian yang lebih baik dan ini akan menjadi indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara. Percepatan tersebut, mulai dari melakukan pembenahan internal kondisi  perekonomian disuatu negara bahkan sampai melakukan kerjasama internasional dalam segala bidang untuk dapat memberikan kontribusi positif demi percepatan pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor sumber daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor  budaya dan faktor daya modal. Lalu, jika melihat bagaimana Indonesia mengelola kelima faktor tersebut, beberapa faktor masih belum dapat dimaksimalkan untuk itu Indonesia dan sembilan negara lainnya membentuk ASEAN Community 2015 atau Komunitas ASEAN 2015 dengan tujuan yang baik.
Tujuan dibuatnya Ekonomi ASEAN 2015 yaitu untuk meningkatkan stabilitas  perekonomian dikawasan ASEAN, dengan dibentuknya kawasan ekonomi ASEAN 2015 ini diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi antar negara ASEAN, dan untuk di Indonesia diharapkan tidak terjadi lagi krisis seperti tahun 1997.
Dalam beberapa hal, Indonesia dinilai belum siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Namun banyak peluang yang dapat kita lihat dari Ekonomi ASEAN 2015 ini. Banyak kalangan yang merasa ragu dengan kesiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Dalam kekhawatiran mengenai terhantamnya sektor-sektor usaha dalam negeri kita, jika kita mengingat bagaimana hubungan bilateral Indonesia dengan China. Kini China mampu menguasi pasar domestik kita yang pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas Indonesia. Berdasarkan fakta peringkat daya saing Indonesia periode 2012-2013 berada diposisi 50 dari 144 negara, masih berada dibawah Singapura yang diposisi kedua, Malaysia diposisi ke dua puluh lima, Brunei diposisi dua puluh delapan, dan Thailand diposisi tiga  puluh delapan. Melihat kondisi seperti ini, ada beberapa hal yang menjadi faktor rendahnya daya saing Indonesia menurut kajian Kementerian Perindustrian RI yaitu kinerja logistik, tarif  pajak, suku bunga bank, serta produktivitas tenaga kerja.


B.Rumusan Masalah
Pelaksanaan kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 sudah di depan mata. Indonesia harus mulai mempersiapkan diri jika tidak ingin menjadi sasaran masuknya  produk-produk negara anggota ASEAN. Indonesia harus banyak belajar dari pengalaman  pelaksanaan free trade agreement (FTA) dengan China, akibatnya China menguasai pasar komoditi Indonesia. Tidak ada pilihan lain selain menghadapi dengan percaya diri bahwa bangsa Indonesia mampu dan menjadi lebih baik perekonomiannya dalam keikutsertaan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 ini.
 Beberapa langkah strategis yang perlu dilaksanakan oleh pemerintah ialah dari sektor usaha perlu meningkatkan perlindungan terhadap konsumen, memberikan bantuan modal  bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah, memperbaiki kualitas produk dalam negeri dan memberikan label SNI bagi produk dalam negeri. Dalam sektor tenaga kerja Indonesia perlu meningkatkan kualifikasi pekerja, meningkatkan mutu pendidikan serta pemerataannya dan memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat. Selain itu, perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat luas mengenai adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 sehingga mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan kita akan mampu menghadapi berbagai macam tantangan dalam. Apabila kita mempunyai daya saing yang kuat, persiapan yang matang, sehingga produk-produk dalam negeri akan menjadi tuan rumah dinegeri sendiri dan kita mampu memanfaatkan kehadiran, untuk kepentingan bersama dan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.












BAB II
PEMBAHASAN

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) diberlakukan pada akhir 2015. Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin Asean sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara, dengan tujuan agar daya saing Asean meningkat. Penanaman modal asing di kawasan ini dinilai masih dibutuhkan demi meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan.

“Pembentukan pasar tunggal Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara, sehingga kompetisi akan semakin ketat,” kata Ketua Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas (IKAL) 49, Boedhi Setiadjid, Rabu (1/4).
Description: Jelang MEA 2015, Kontraktor Indonesia Mampu Bersaing
Selain itu, menurut dia persaingan tenaga kerja semakin tajam menjelang pemberlakuan MEA. Terutama pada profesi kerja profesional, seperti dokter, pengacara, akuntan, otomotif, dan lainnya. Karena itu, persaingan memperoleh pekerjaan bukan saja terjadi di antara sesama bangsa lndonesia, tapi juga sudah sengit di antara negara-negara ASEAN.

Dalam catatan Kamar Dagang dan Industri (Kadin), sebelumnya diketahui ada sejumlah jabatan yang tidak boleh dijabat oleh orang asing dalam hukum Indonesia, antara lain direktur personalia, manajer HI, manajer personalia, supervisor (Spv) pengembangan personalia, spv perekrutan personalia dan sederet jabatan lainnya.

“Pertanyaan paling mendasar adalah, apakah tenaga kerja Indonesia bisa bersaing dengan negara Asia Tenggara lain?” ungkap Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Tenaga Kerja, Benny Soetrisno, di sela-sela seminar nasional Kesiapan Sumber Daya Manusia Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean Melalui Audit Ketenagakerjaan, di Jakarta (31/3).

Dikatakan Benny, setiap perusahaan sebagai organisasi yang terus bertumbuh dituntut mampu mengikuti dinamika perubahan menghadapi pasar bebas ASEAN. Perusahaan harus mampu menjaga agar sistem manajemen SDM tetap berfungsi untuk yang dapat memberikan pelayanan/jasa yang betul-betul bisa memberikan nilai tambah bagi organisasi.

“Perusahaan fokus pada pembangunan usaha yang tajam, pelayanan yang terintegrasi, dan fungsi serta sistem manajemen SDM yang berkualitas. Sehingga, diperlukan peninjauan ulang untuk mempertajam praktek-praktek fungsi SDM yang sekarang berlaku,” kata Benny.

Dia mengatakan, dengan akan dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN, strategi dalam menjalankan pengembangan SDM harus menjadi perhatian, yakni terkait bagaimana sistem itu harus dibangun dan implementasi operasionalnya seperti apa. Perhelatan pergantian tahun sudah di depan mata. Seakan berpacu dengan waktu, pada tahun 2015 ini pula (tepatnya pada Desember 2015) kita akan dihadapkan pada Masyarakat Ekonomi ASEAN / MEA (ASEAN Economic Communities). Suatu era yang menyatukan Negara-negara di kawasan Asia Tenggara menjadi “satu basis pasar dan produksi”. Dimana akan terjadi arus bebas produk, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal, yang semuanya bermuara pada prinsip pasar terbuka bebas hambatan.


Ambisi ASEAN membentuk MEA salah satunya didorong oleh perkembangan eksternal dan internal kawasan. Dari sisi eksternal, Asia diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi baru, dengan disokong oleh India, Tiongkok, dan negara-negara ASEAN. Saat ini saja, berdasarkan Laporan Bank Dunia (2014), dengan menggunakan paritas daya beli (PPP) dolar internasional, ekonomi ASEAN menyumbang 6 persen terhadap PDB global. Hal ini menjadikan ASEAN sebagai blok ekonomi terbesar kelima di dunia setelah NAFTA (20 persen), EU (17 persen), China (16 persen), dan India (7 persen). Sedangkan dari sisi internal kawasan, krisis keuangan Asia pada tahun 1997/1998 memberikan motivasi lebih lanjut terhadap agenda integrasi regional guna membangun ketahanan yang lebih kuat menghadapi ketidakstabilan keuangan makro. Selain itu, ASEAN juga memiliki pertumbuhan kelas menengah berusia muda yang sangat pesat yang dapat memberikan sumber pertumbuhan baru di kawasan ini.

Kini, MEA sudah didepan mata, dan kita paput bertanya, sejauh mana persiapan Indonesia dalam menghadapi era liberalisasi perdangan ini? Karena sebagai Negara dengan ekonomi paling besar di ASEAN, dengan sekitar 40 persen dari PDB ASEAN, dan hampir setengah dari populasi ASEAN, Indonesia merupakan aktor penting dalam MEA yang akan berlangsung ini.

Sayangnya, kalau kita lihat data dari BPS per Oktober 2014 saja, belum-belum MEA dilaksanakan, Indonesia sudah mengalami defisit dagang dengan Thailand yang mencapai 3,36 miliar dolar AS. Tentu ini bukan angka yang kecil. Belum lagi jika kita melihat peringkat Indonesia menurut Global Competitiveness Index yang masih berada pada posisi ke-38 dari 148 negara, tertinggal jauh dari Singapura yang menempati posisi ke 2, Malaysia di posisi ke 24, dan Thailand di posisi 37. Lalu, apa yang harus dioptimalkan selama satu tahun ini agar kita bisa memetik untung dari MEA yang akan berlangsung ini.



Dua Strategi

Paling tidak ada dua strategi yang harus segera dilakukan jika negeri ini mau memetik keuntungan dengan adanya MEA. Pertama, strategi kedalam. Strategi kedalam merupakan upaya-upaya yang dilakukan di dalam negeri guna menghadapi MEA, seperti penggunaan produk dalam negeri, perbaikan infrastruktur dan perbaikan sistem logistik nasional, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan membangun industri yang berbasis nilai tambah.
Sebagaimana kita ketahui, kurangnya dukungan infrastruktur, buruknya sistem transportasi/logistik, lemahnya perangkat hukum, serta  terbatasnya jumlah sumber daya manusia yang kompeten merupakan hambatan utama yang dihadapi bangsa ini. Sudah lumrah kita dengar bahwa masalah infrastruktur yang buruk seringkali menyebabkan tingginya biaya produksi dan ini menyebabkan, sebagai contoh, buah lokal hasil petani-petani kita seringkali lebih mahal daripada buah impor dari Tiongkok yang menyebabkan buah lokal tidak bisa bersaing di dalam negeri sendiri.

Strategi kedua adalah strategi keluar. Strategi ini meliputi penerapan standard mutu untuk produk atau jasa yang akan masuk ke pasar Indonesia, perbaikan sistem pengelolaan ekspor impor serta memperketat pengawasan ekspor impor, selain itu yang penting juga adalah memperluas akses pasar di luar negeri. Dalam hal penerapan standard mutu, kita sebenarnya sudah memiliki UU Perdagangan yang salah satunya mengatur bahwa produk yang masuk ke Indonesia harus berbahasa Indonesia dan memenuhi standard yang telah ditetapkan di Indonesia. Akan tetapi, dalam beberapa kasus kita masih sering menemukan produk-produk makanan dan obat-obatan yang belum ada label yang berbahasa Indonesia sudah bisa masuk ke pasar-pasar dalam negeri, terutama di wilayah-wilayah yang berdekatan dengan negara tetangga.
Description: http://i.okezone.tv/photos/2014/12/22/17729/110444_medium.jpg
Selain itu, hal yang tak kalah pentingnnya untuk segera dilakukan adalah perluasan akses pasar di luar negeri (ASEAN). Hal ini penting dilakukan, karena ekspor Indonesia ke pasar ASEAN pada periode Januari-Agustus 2013 misalnya, baru mencapai 23 persen dari nilai total ekspor. Hal ini antara lain karena tujuan ekspor kita masih terfokus pada pasar tradisional seperti Amerika Serikat, Tiongkok dan Jepang. Padahal kalau kita perhatikan trend ekonomi dunia saat ini, banyak Negara-negara berpendapatan tinggi dengan perlahan pulih dari defisit dan hutang yang tinggi akibat krisis keuangan global, dan permintaan mereka terhadap barang impor menjadi lebih lemah dibandingkan sebelumnya, dan ini berarti perluasan akses pasar di negara-negara ASEAN menjadi penting.

Sejatinya, perdagangan bebas kawasan memang dapat menjadi peluang sekaligus tantangan. Di satu sisi dapat membuka pasar bagi industri dalam negeri yang semakin meningkat. Namun, di sisi lain apabila Indonesia tidak menyiapkan diri dengan baik dapat menjadi pasar bagi gempuran produk asing yang dapat menghancurkan kemampuan produktif dalam negeri sendiri. Tentu sebagai warga bangsa kita selalu berharap MEA yang akan dimulai Desember 2015 nanti dapat membawa kebaikan bagi seluruh warga bangsa.





















BAB III
KESIMPULAN
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 bukan hanya sekedar tempat  bertemunya semua anggota negara ASEAN,namun bisa juga dilihat sebagai ajang  persaingan positif ekonomi. Dalam pelaksanaannya nanti pasti terdapat hambatan bagi masyarakat indonesia pada umumnya,namun dengan potensi anak bangsa yang cemerlangdan modal yang kuat yaitu wilayah geografis yang strategis,serta Sumberdaya Alam yang melimpah ,apabila dapat dikelola dengan baik,bukan hal tidak mungkin indonesia dapat menjadi pemenang dalam persaingan pasar bebas ASEAN nanti. Adanya MEA 2015 ini kita,bangsa Indonesia diberikan kesempatan untuk mendapatkan kejayaan masa silam kita sebagai sumber perdagangan yang  jaya,bukan hanya di masa lalu,namun juga saat Aseaan Economic Community resmi dimulai. Kinerja MEA yang sudah terbukti harusnya menjadi pendorong dan  penyemangat kita bahwa program ASEAN ini bisa menstabilkan pertumbuhan ekonomi indonesia di masa yang akan datang. Rancangan Agenda MEA 2015 juga sangat meyakinkan bahwa indonesia dapat memperoleh dampak positif dari Asean Economic Community 2015 mendatang.Dari sisi lain kita harus menghilangkan keraguan dan kekhawatiran dengan tetap fokus,berkomitmen,dan kerja keras dari semua pihak untuk bersama-sama mensukseskan Asean Economic Community 2015.
SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini banyak ditemui kesalahan,oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
 Penulis meminta maaf atas kekurangan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.





DAFTAR PUSTAKA

v  OKEZONE MOBILE  ( 23 Desember 2014 ). Jelang MEA 2015. 30 April 2015
v  JURNAL MARITIM: April 01, 2015.STRATEGI PENGEMBANGAN SDM.30 APRIL 2015
v  Adityo, Putri Nadia. 2014.Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Makalah Ekonomi Internasional, Serang.


Posting Komentar untuk "STRATEGI MENGHADAPI MEA"